Jumat, 14 Oktober 2011

Bab 2 Keragaman Sosial dan Budaya

1.Kenampakan alam
adalah berbagai bentukan muka bumi yang terjadi secara alamiah, dapat juga di artikan segala sesuatu di alam yang menampakkan diri atau menunjukkan diri kepada kita. Kenampakan alam terdiri dari dua bagian pokok, yakni kenampakan alam berupa daratandan perairan.
Kenampakan alam Daratan,
Bentuk daratan bermacam-macam, antara lain;
a. Gunung;
Ada dua macam gunung yaitu;
-Gunung berapi menghasilkan barangbarang tambang,seperti, batu, pasir, belerang,dan sumber air panas. Sumber air panas dapat menjadi daya tarik pariwisata bagidaerah.-Gunung yang tidak berapi bisa dimanfaatkan untuk kegiatan perkebunan, kehutanan,suaka margasatwa, atau tempat rekreasi.

b.Pegunungan
adalah bagian dari dataran yang bergunung-gunung.Tingginya lebih dari 700meter di atas permukaan laut, berhawa sejuk dan sering dimanfaatkan untuk tempat rekreasi,peristirahatan, danpertanian. Pertanian yang dikembangkan di daerah pegunungan adalah pertanian hortikultura.
Pertanian hortikultura
adalah pertanian yang mengembangkan jenis tanaman sayur-sayur dan buah-buahan.

c. Dataran tinggi,
Permukaan dataran tinggi terletak di atas 200 meter dari permukaan laut.Dataran tinggi dapat dimanfaatkan manusia, misalnya sebagai tempat peristirahatan, tempat menanam berbagai jenis sayuran dan buah-buahan. Dataran tinggi biasanya merupakandaerah yang sejuk.

d. Dataran rendah
adalah wilayah di daratan dengan ketinggian antara 0–200 meter di ataspermukaan laut. Umumnya daerah dataran rendah terdapat di sekitar pantai. Daerah dataran rendah dapat dimanfaatkan
manusia untuk kegiatan pertanian, peternakan, perumahan,membangun industri, perkebunan tebu, perkebunan kelapa, dan sebagainya.

e. Pantai
adalah bagian dari daratan yang berbatasan langsung dengan laut. Kenampakan alam perairan terdiri dari:
a. Sungai,
tanah basah yang selalu digenangi air dan ditumbuhi tanaman.Sungai-sungai diIndonesia sangat banyak. Umumnya sungai-sungai besar terdapat di pulau-pulau besar seperti Jawa, Sumatera,
 Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Sungai-sungai besar dapat dimanfaatkan sebagai sarana transportasi.
·   Sungai Aceh di Aceh, 
·   Sungai Brantas di Jawa Timur 
·   Sungai Kampar di Riau, 
·   Sungai Kapuas di Kalimantan Barat
·   Sungai Asahan di Sumatera Utara 
·   Sungai Mahakam di Kalimantan Timur 
·   Sungai Musi di Sumatera Selatan
·   Sungai Digul di Papua.
·   Sungai Bengawan Solo di Jawa Tengah,dll
b. Danau,
cekungan yang cukup luas di permukaan bumi yang digenangi oleh air, contohnya;
·         Danau Toba di Sumatera Utara
·         Danau Jempang di Kalimantan Timur
·         Danau Laut Tawar di NAD
·         Danau Matana di Sulawesi Selatan
·         Danau Maninjau di Sumatera Barat -Danau Tempe di Sulawesi Selatan
·         Danau Singkarak di Sumatera Barat
·         Danau Poso di Sulawesi Tengah
·         Danau Rawapening di Jawa Tengah
·         Danau Tondano di Sulawesi Utara
·         Danau Sembuluh di Kalimantan Barat
·         Danau Batur di Bali
·         Danau Segaraanak di Lombok
·         Danau Paniai di Papua
·         Danau Kelimutu di Flores
·         Danau Sentani di Papua.

c. Selat ialah laut yang sempit di antara pulau. Selat menghubungkan satu pulau dengan pulau-pulau lainnya.. Selain harus menyesuaikan diri dengan kenampakan alam, manusia juga menghadapi gejala-gejala alam. Contoh gejala alam adalah:
a.Gempa bumi; bisa disebabkan oleh aktivitas gunung berapi ( gempa vulkanik ). Atau jugabisa disebabkan oleh pergeseran lempeng bumi ( gempa tektonik ).
 b.Gunung meletus, gunung api yang masih aktif bisa meletus sewaktu-waktu. Ketika meletus,gunung api mengeluarkan magma, batu-batuan,kerikil, abu, dan gas.
Magma adalah cairan sangat panas yang terdapat di perut bumi.
Lava adalah magma yang keluar dari perut bumi
Lapili adalah Kerikil yang dimuntahkan ketika gunung api meletus.-
Abu halus adalah muntahan gunung api yang paling kecil.-
Awan panas terbentuk dari debu muntahan gunung api yang melayang-layang di udara.
c.Banjir Hujan deras terus menerus biasanya akan diikuti bencana banjir. 
Lahan hutandigunduli juga dapat menyebabkan banjir. Banjir juga dapat disebabkan oleh kebiasaan burukmanusia. Misalnya, kebiasaan membuang sampah ke sungai dan ke selokan air.
d.Kekeringan, menyebakan terjadinya kekurangan air bersih.
Berikut ini merupakan beberapa akibat yang ditimbulkan banjir  antara lain;
a. Bangunan dan tempat tinggal, serta harta benda rusak karena terendam air.
b. Penduduk terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya dan mengungsi di tempat lain.
c. Pabrik dan kantor-kantor terpaksa berhenti bekerja.
d. Jalan dan jembatan rusak.
e. Timbul berbagai macam penyakit, seperti penyakit kulit dan penyakit menular lainnya.

Pengaruh Kekurangan air bersih bagi kehidupan masyarakat di antaranya;
a. Orang semakin sulit untuk mendapatkan air bersih.
b. Untuk mendapatkan air bersih orang harus membeli air dari pedagang air.
c.Banyak penduduk terserang penyakit karena mereka meminum,
d.memasak, dan mandi memakai air yang tercemar.
Ada bencana alam yang terjadi karena perilaku buruk manusia. Misalnya banjir dan kekeringan.Hal itu bisa disebabkan oleh: perilaku menebang hutan secara sembarangan, perladanganberpindah, dan membuang sampah sembarangan.

Perilaku atau tindakan yang dapat menyebabkan kerusakan alam, antara lain 
a.Penebangan hutan secara liar; Hutan-hutan ini kaya akan sumber daya alam. Hutan dapat menghasilkan kayu. Hutan juga menjadi tempat tinggal berbagai jenis hewan,Hutan melindungi tanah dan air yang ada di bawahnya. Hutan juga mencegah terjadinya banjir.Tanpa hutan sungai akan mengering. Tanpa hutan banjir akan menerjang.
b.Ladang berpindah,
masyarakat Indonesia membuka hutan untuk berladang. Setelah ladingtersebut tidak subur lagi, mereka membuka ladang di tempat yang lain. Membuka ladang barubiasanya disertai dengan membakar hutan.
c.Membuang sampah sembarangan
membuangnya sampah ke sungai atau ke selokan air. Ini bisa berbahaya, karena dapat menyebabkan banjir. Selain itu, sampah dapat merusak danmembunuh makhluk hidup yang hidup di sungai.d.Sampah dari limbah industri ini sangat berbahaya karena mengandung racun. Limbah industribisa membahayakan hidup manusiadan makhluk hidup lainnya. Karena itu, limbah industriharus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang.
Keadaan alam sangat mempengaruhi keadaan sosial budaya. Keragaman sosial, misalnya darisegi pendidikan, Kehidupan di bidang Teknologi. Keragaman sosial budaya di Indonesia antaralain disebabkan karena adanya keragaman kenampakan alam. Misalnya, keragaman matapencarian.Mata pencarian atau pekerjaan penduduk dataran tinggi berbeda dengan penduduk  sekitar pantai. Kebanyakan penduduk dataran tinggi    mengusahakan pertanian holtikultura.  Kebanyakanpenduduk yang tinggal di sekitar pantai bekerja sebagai nelayan

Senin, 10 Oktober 2011

MATERI PELARAN IPS Kelas V SD

Membaca dan Menggambar Peta
1.Peta atau Map
 adalah gambar seluruh atau sebagian permukaan bumi dalam bidang datar dengan perbandingan tertentu. Peta memberikan informasi tentang suatu wilayah.
2. Unsur peta
Agar terampil membaca peta kita harus mengetahui unsur-unsur peta terdiri dari: 
a.judul peta
 Judul peta menunjukkan nama peta. Judul peta ditulis di bagian atas denganhuruf yang menonjol.
b.garis tepi peta
 batas-batas pinggir gambar peta. Fungsi garis tepi untuk menulis angka-angka derajat astronomis.
c.legenda
keterangan-keterangan yang menjelaskan simbol-simbol pada peta. Biasanyalegenda terletak di bagian bawah sebelah kiri ataupun kanan.
d.symbol
gambar yang digunakan untuk mewakili objek-objek dalam peta. Misalnya symboluntuk danau, sungai, jalan, rel kereta, ibukota provinsi, batas kabupaten, dan sebagainya,berbentuk warna, garis, dan gambar.
e.skala
perbandingan jarak pada peta dengan jarak yang sesungguhnya. Sebuah peta selaludibuat jauh lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya. Akan tetapi, letak, jarak, dan arahnyaseperti keadaan yang sebenarnya. Ada dua macam jenis skala, yaitu:
 - Skala angka (skala numerik)
disebut juga skala perbandingan. Skala biasanya ditulis dibagian bawah. Misalnya dalam sebuah peta kita menemukan
Skala 1:10.000,artinya jarak 1 cm pada peta sama dengan 10.000 cm di permukaan bumi.
- Skala garis,
ditunjukkan oleh garis lurus yang dibagi dalam bagian-bagian yang sama.Panjang masing-masing ruas = 1 cm.
Manfaat skala
dalam menggambar sebuah peta adalah sebagai berikut;- Dengan skala kita dapat memperbesar atau memperkecil sebuah peta / gambar tertentu.- Dengan skala kita dapat menggambar suatu tempat yang sangat luas di atas kertas yangkecil.- Dengan skala kita dapat mengetahui atau menentukan jarak suatu tempat yang satudengan tempat lainnya.
f.penunjuk arah (mata angin)
jarum pedoman atau garis yang menunjukkan arah suatutempat. Mata angin juga berarti arah, jurusan, atau kiblat suatu tempat. Penunjuk arah mataangin dalam peta sangat penting. Penunjuk mata angin membantu kita bisa menjelaskanposisi suatu tempat.
g.garis astronomis
berguna untuk menentukan letak suatu tempat atau wilayah. Garis-garis yang tegak disebut garis bujur. Sementara yang garis-garis yang mendatar disebut garislintang. 

3. Arti warna-warna dalam peta sebagai berikut.
a.Warna hijau
menunjukkan dataran rendah.
b.Warna kuning
menunjukkan dataran tinggi.
c.Warna cokelat
menunjukkan daerah pegunungan.
d.Warna putih
menunjukkan puncak pegunungan yang tertutup salju
e.Warna biru
menunjukkan daerah perairan (laut, sungai, danau). Warna biru untuk laut,dibedakan ketajamannya. Gunanya untuk menunjukkan kedalaman laut. Warna biru tua untuk laut dalam dan biru muda untuk laut dangkal.4.

Membaca peta
wilayah provinsi kita bisa menempuh langkah-langkah berikut ini.
a. Mencari gambar peta provinsi dalam buku atlas.
b. Menentukan letak wilayah provinsi.
c.Menyebutkan batas-batas wilayah provinsi.
d.Menyebutkan pembagian wilayah provinsi.
e. Menjelaskan kenampakan alam dan buatan yang ada.


Cara yang paling mudah untuk menggambar peta adalah menjiplak peta yang sudah ada. Dalammenggambar kita harus tetap memerhatikan skala.Berdasarkan skala itu itu kita bias menghitung jarak sesungguhnya.Pada awal kemerdekaan, jumlah provinsi di Indonesia cuma ada delapan. Kedelapan provinsi ituadalah Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Borneo, Sulawesi, Sunda Kecil (NusaTenggara) dan Maluku. Jumlah provinsi di Indonesia mengalami perubahan. Sekarang ini negara Indonesia dibagi menjadi 33 provinsi



Jumat, 09 September 2011

SIMANJUNTAK SITOLU SADA INA BORU BERE IBEBERE



Beberapa hari belakangan ini banyak yang bertanya kepada saya tentang tarombonya. Mereka bingung siapa nenek moyangnya, karena sudah tidak ada lagi yang bisa ditanya siapa ompung bapaknya, siapa ompung dari ompungnya sampai ke atas... 

Saya juga bingung mau menjawab dan memulai cerita dari mana, 

Salah satu kerinduan admin adalah untuk melengkapi database tarombo Simanjuntak Sitolu Sada Ina, 2 tahun belakangan database terrsebut tidak pernah update karena keterbatasan sumber database, hayo... saatnya sekarang kita tahu silsilah kita dan jangan sampai generasi berikutnya kehilangan informasi Siapa nenek moyang dia.

Siapapun yang tergerak hatinya untuk membantu mengisi data, membantu memperbaiki design web tersebut. Ayo kita sama-sama melengkapi web tersebut sehingga generasi Simanjuntak di masa mendatang tidak kehilangan informasi.

TAROMBO SINGKAT SIMANJUNTAK
Dari Istri Pertama (Boru Hasibuan) : PARSURATAN karena br Hasibuan meninggal kemudian dia menikah dengan Sobosihon br Sihotang dan memiliki 3 Anak laki-laki dan 1 Perempuan yaitu:
1. MARDAUP (br Sihotang)
2. SITOMBUK (br Aruan)
3. HUTABULU (br Sihotang)
4. Boru Naompon (Nikah dengan SIRAIT NAMORA JOBI)


Anak MARDAUP 3:
1. NAMORA TANO (br Sihotang)
2. NAMORASENDE
3. TUAN SIBADOGIL

Anak SITOMBUK 1 

RAJA MANGAMBIT TUA

Anak HUTABULU 2
1. RAJA ODONG
2. TUMONGGO TUA

urutan berikut belum tentu sesuai dengan sihahaan/sianggian rap tapadenggan ate.

NAMORA TANO:
1. PANJERENG
2. MIRASOLAOSAN

NAMORASENDE:
1. DARIMANGAMBAT
2. PARANJAK

TUAN SIBADOGIL:
1. TUAN MARHOHAT
2. NAMORATINUNGKUM
3. OMPU RAJA DIAM

RAJA MANGAMBIT TUA (br Simatupang dan Boru Hutajulu):
1. DATU PIJOR
2. DATU DOLOK
3. DATU SILO
4. TUAN GUNTAR
5. PANDE AEK

RAJA ODONG:
1. R. BOLAK HAMBING
2. TUAN NAHODARAJA
3. R. MARLEANG
4. R MANORHAP
5. TOGA ULUAN ULUAN
6. DATU MALELA

TUMONGGO TUA:
1. BURSOK RONGGUR
2. BURSOK DATU
3. BURSOK PATI

Molo adong angka na salah marsipatingkosan hita ate...

Horas



klik  PSSSI

Sabtu, 30 Juli 2011

Poda atau Nasehat dalam suku Batak

  1. Pantun hangoluan tois hamagoan.
  2. Seang do tarup ijuk soada langge panoloti, seang do sipaingot so adong na mangoloi.
  3. Unang marhandang na buruk, unang adong solotan sogot, unang marhata na juruk unang adong solsolan marsogot.
  4. Tinallik dulang tampak dohot aekna. Pinungka hata (ulaon) unang langlang di tagetna.
  5. Unang sinuan padang di ombur-ombur, unang sinuan hata nagabe humondur-hondur.
  6. Anduhur pidong jau sitangko jarum pidong muara, gogo sibahen na butong tua sibahen na mamora, roha unang soada.
  7. Aek dalan ni solu sian tur dalan ni hoda, gogo mambahen butong, tua sibahen mamora.
  8. Anduhur pidong toba siruba-ruba pidong harangan, halak na losok mangula jadian rapar mangan.
  9. Anduhur pidong toba siruba-ruba pidong harangan, halak na padot mangula ido na bosur mangan.
  10. Singke di ulaon sipasing di baboan, tigor hau tanggurung burju pinaboan-boan.
  11. Pauk ni Aritonang pauk laho mangula, burju pinaboan-boan dongan sarimatua.
  12. Hotang-hotang sodohon ansimun sibolaon, hata-hata sodohonon sitongka paboaboaon.
  13. Handang niaithon na dsua gabe sada, niantan pargaiton unang i dalan bada.
  14. Hori sada hulhulan bonang sada simbohan, tangkas ma sinungkun nanget masipadohan.
  15. Ijuk di para-para hotang di parlabian, na bisuk nampuna hata na oto tu pargadisan.
  16. Hotang do paninaran hadang-hadangan pansalongan.
  17. Bogas ni Gaja Toba tiur do di jolo rundut do di pudi , bogas ni Raja Toba tiur do di jolo tota dohot di pudi.
  18. Dang sibahenon dangka-dangka dupang-dupang, dang sibahenon hata margarar utang.
  19. Sinuan bulu di parbantoan dang marganda utang molo pintor binahonan.
  20. Sinuan bulu di parbantoan sai marganda do utang na so binahonan.
  21. Niduda bangkudu sada-sada tapongan, sai marganda lompit do utang ia so jalo-jalo binahonan.
  22. Manggual sitindaon mangan hoda sigapiton, tu jolo nilangkahon tu pudi sinarihon.
  23. Langkitang gabe hapur, nahinilang gabe mambur.
  24. Molo duri sinuan duri ma dapoton. Ia bunga sinuan bunga ma dapoton, ia naroa sinuan naroa ma dapoton.
  25. Jolo marjabu bale-bale asa marjabu sopo, jolo sian na tunggane asa tu naumposo molo makkuling natunggane manangi ma naumposo.
  26. Ingkon manat marpiu tali, ingkon pande marjalin bubu, ingkon manat mangula tahi, ingkon pande mangula uhum.
  27. Masihurha manukna unang teal buriranna, masiajar boruna unang suda napuranna.
  28. Tuit sitara tuit tuit pangalahona, natuit anak i mago horbona, molo natuit boru mago ibotona.
  29. Siala il siala ilio, utang juma disingir di halak namalo, singir jadi utang di halak na so malo.
  30. Magodang aek bila, ditondong aek hualu, mago sideak bibir dibahen pangalualu.
  31. Santopap bohi sanjongkal andora, ndang diida mata alai diida roha.
  32. Anduhur pidong jau sitapi-tapi pidong toba, binuat roha jau pinarroha roha toba.
  33. Gala-gala nasa botohon , manang beha pe laga adong do hata naso boi dohonon.
  34. Pir eme di lobongan ndang guguton, uli pe paniaran ni dongan ndang langkupon.
  35. Ndang tuk-tuhan batu dakdahan simbora, ndang tuturan datu ajaran na marroha.
  36. Songon parsege-sege so seang, sapala seang, seang dohot bota-botana.
  37. Naihumarojor bola hudonna, naihumalaput tata indahanna.
  38. Pege sangkarimpang halas sahadang-hadangan, rap mangangkat tu ginjang, rap manimbung tutoru halak namarsapanganan.
  39. Tinutu gambiri angkup ni sera-sera, pinatonggor panaili, unang hu roha ni deba.
  40. Unang songon parmahan ni sunggapa, dihuta horbona dibalian batahina, mago dibahen rohana pidom dibahen tondina.
  41. Sitapi uruk sitapi dibalunde, tu dolok pe uruk tu toruan tong ene, ai aha so uruk sai jalo do pinaune-une.
  42. Sinintak hotor-hotor, humutur halak-halak asing do timbang dongan asing timbang halak.
  43. Mimbar tungkap ni tuak, mimbar do nang daina, muba laut, muba do ugarina. Muba dolok, muba duhutna, muba luat muba do uhumna.
  44. 44 Manghuling bortung di topi ni binanga, adong do songon ogung sipatudu luhana.
  45. Rigat-rigat ni tangan ndang laos rigathonon, rigat-rigat ni hata ndang laos ihuthononton.
  46. Talaktak siugari, ibana mambahen, ibana mamburbari .
  47. Hauma sitonang panjangkitan ni langkitang, sai pidom do jolma na olo marhilang.
  48. Ndang tarhindat gaor-gaor ni hudon, ndang tarsoluk harajaon hasuhuton.
  49. Tanduk ni ursa mardangka-dangka suhut di hasuhutonna raja marhata-hata.
  50. Tanduk ni ursa margulu-gulu salohot benge. (na so dohot pe diboto aha namasa)
  51. Pansur tandiang di rura ni aek puli, na pantun marroha/marina ido tiruan nauli.
  52. Martaguak manuk di toruni bara ruma, napantun marnatoras, ido halak namartua.
  53. Habang ambaroba paihut-ihut rura, sapala naung ni dohan, unang pinauba-uba.
  54. Pasuda-suda arang so himpal bosi. (patua-tua daging pasuda-suda gogo.)
  55. Holi-holi sangkalia, sai marhormat do langkani ama mida tangan ni ina.
  56. Masuak ranggas di degehon Sinambela, molo tung i nama dibuat nasoala, nanggo torang diboto deba.
  57. Bosi marihur tinopa ni anak lahi, matana tinallikkon tundunma mangonai
  58. Dipangasahon suhulna do matana, dipangasahan matana do suhulna.
  59. Ndang dao tubis sian bonana.
  60. Pitu hali taripar di aek parsalinan, laos so muba do bolang ni babiat.
  61. Somalna do peamna.
  62. Hapalna mattat dok-dokna, dok-dokna mattat hapalna.
  63. Unang martata ilik sada robean.
  64. Gala gumal bulu andalu sangkotan ni bonang, asa monang maralohon musu, pinatalu roha maralohon dongan.
  65. Garang-garang ni luatan nionjat tu harang ni hoda, molo marbada hula-hula, boruna mandabu tola. Molo marbada boru, hula-hula mandabu tola. Molo marbada anggi, hahana mandabu tola.
  66. Unang patubi-tubi manuk pasalpu-salpu onan.
  67. Unang dua hali tu aek natua-tua.
  68. Hotang hotang sodohon ansimun sobolaon. Hata-hata sodohonon tongka sipaboa-boanan, guru ni hata naso dohonon, guru ni juhut naso seaton.

Rabu, 20 Juli 2011

Artikel Model Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak masih di bangku SD hingga lulus SMA. Dari situ diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Kemudian pada saat SMP dan SMA siswa juga mulai dikenalkan pada dunia kesastraan. Dimana dititikberatkan pada tata bahasa, ilmu bahasa, dan berbagai apresiasi sastra. Logikanya, telah 12 tahun mereka merasakan kegiatan belajar mengajar (KBM) di bangku sekolah. Selama itu pula mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak pernah absen menemani mereka. 
Tidak adanya antusiasme yang tinggi, telah membuat pelajaran ini menjadi pelajaran yang kalah penting dibanding dengan pelajaran lain. Minat siswa baik yang menyangkut minat baca, maupun minat untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia semakin tampak menurun. Padahal, bila kebiasaan menulis sukses diterapkan sejak SMP maka seharusnya saat SMA siswa telah dapat mengungkapkan gagasan dan ''unek-unek'' mereka secara kreatif. Baik dalam bentuk deskripsi, narasi, maupun eksposisi yang diperlihatkan melalui pemuatan tulisan mereka berupa Surat Pembaca di berbagai surat kabar. Dengan demikian apresiasi dari pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi jelas tampak prakteknya dalam kehidupasn sehari-hari. Bila diberikan bobot yang besar pada penguasaan praktek membaca, menulis, dan apresiasi sastra dapat membuat para siswa mempunyai kemampuan menulis jauh lebih baik Hal ini sangat berguna sekali dalam melatih memanfaatkan kesempatan dan kebebasan mereka untuk mengungkapkan apa saja secara tertulis, tanpa beban dan tanpa perasaan takut salah. 
Menyadari peran penting pendidikan bahasa Indonesia, pemerintah seharusnya terus berusaha meningkatkan mutu pendidikan tersebut.Apabila pola pendidikan terus stagnan dengan pola-pola lama, maka hasil dari pembelajaran bahasa Indonesia yang didapatkan oleh siswa juga tidak akan bepengaruh banyak. Sejalan dengan tujuan utama pembelajaran Bahasa Indonesia supaya siswa memiliki kemahiran berbahasa diperlukan sebuah pola alternatif baru yang lebih variatif dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah. Agar proses KBM di kelas yang identik dengan hal-hal yang membosankan dapat berubah menjadi suasana yang lebih semarak dan menjadi lebih hidup. Dengan lebih variatifnya metode dan teknik yang disajikan diharapkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia meningkat dan memperlihatkan antusiasme yang tinggi. Selain itu guru hendaknya melakukan penilaian proses penilaian atas kinerja berbahasa siswa selama KBM berlangsung. Jadi tidak saja berorientasi pada nilai ujian tertulis. Perlu adanya kolaborasi baik antar guru Bahasa Indonesia maupun antara guru Bahasa Indonesia dengan guru bidang studi lainnya. Dengan demikian, tanggung jawab pembinaan kemahiran berbahasa tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru Bahasa Indonesia melainkan juga guru bidang lain. Apabila, sistem pembelajaran Bahasa Indonesia yang setengah-setengah akan terus begini, maka metamorfosis sang ulat hanyalah akan tetap menjadi kepompong. Awet dan tidak berkembang karena pengaruh formalin pola pengajaran yang masih berorientasi pada nilai semata.
1.      Latar Belakang
Pelajaran Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah sejak kelas 1 SD. Seperti ulat yang hendak bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Mereka memulai dari nol. Pada masa tersebut materi pelajaran Bahasa Indonesia hanya mencakup membaca, menulis sambung serta membuat karangan singkat. Baik berupa karangan bebas hingga mengarang dengan ilustrasi gambar. Sampai ke tingkat-tingkat selanjutnya pola yang digunakan juga praktis tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pengajaran Bahasa Indonesia yang monoton telah membuat para siswanya mulai merasakan gejala kejenuhan akan belajar Bahasa Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang menjadi buku wajib. Sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga cenderung bersifat hafalan yang membosankan. Inilah yang kemudian akan memupuk sifat menganggap remeh pelajaran Bahasa Indonesia karena materi yang diajarkan hanya itu-itu saja. 
Contoh dari data tes yang dilakukan di beberapa SD di Indonesia tentang gambaran dari hasil pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SD. Tes yang digunakan adalah tes yang dikembangkan oleh dua Proyek Bank Dunia, yaitu PEQIP dan Proyek Pendidikan Dasar (Basic Education Projects) dan juga digunakan dalam program MBS dari Unesco dan Unicef. Dari tes menulis dinilai berdasarkan lima unsur: tulisan tangan (menulis rapi), ejaan, tanda baca, panjangnya karangan, dan kualitas bahasa yang digunakan. Bobot dalam semua skor adalah tulisan (15%), ejaan (15%), tanda baca (15%), panjang tulisan (20%), dan kualitas tulisan (35%). 
Hanya 19% anak bisa menulis dengan tulisan tegak bersambung dan rapih. Sedangkan 64% bisa membaca rapih tetapi tidak bersambung. Perbedaan antarsekolah sangat mencolok. Pada beberapa sekolah kebanyakan anak menulis dengan rapih, sementara yang lain sedikit atau sama sekali tidak ada. Ini hampir bisa dipastikan guru-guru pada sekolah-sekolah yang pertama yang bagus tulisannya secara reguler mengajarkan menulis rapi. Sementara sekolah-sekolah yang belakangan tidak. 
Hanya 16% anak menulis tanpa kesalahan ejaan dan 52% anak bisa menulis dengan ejaan yang baik (sebagian besar kata dieja dengan benar), sementara lebih dari 30% dari kasus menulis dengan kesalahan ejaan yang parah atau sangat parah. 58 % anak memberi tanda baca pada tulisan mereka dengan baik (dikategorikan bagus atau sempurna), sementara itu lebih dari 35% kasus anak yang menulis dengan kesalahan tanda baca dan dikategorikan kurang atau sangat kurang. 

58% siswa menulis lebih dari setengah halaman dan 44% siswa isi tulisannya yang dinilai baik, yaitu gagasannya diungkapkan secara jelas dengan urutan yang logis. Pada umumnya anak kurang dapat mengelola gagasannya secara sistematis Alasan mengapa begitu banyak anak yang mengalami kesulitan dalam menulis karangan dengan kualitas dan panjang yang memuaskan serta dengan menggunakan ejaan dan tanda baca yang memadai ialah anak-anak di banyak kelas jarang menulis dengan kata- kata mereka sendiri. Mereka lebih sering menyalin dari papan tulis atau buku pelajaran. Dari data tersebut menggambarkan hasil dari KBM Bahasa Indonesia di SD masih belum maksimal. Walaupun jam pelajaran Bahasa Indonesia sendiri memiliki porsi yang cukup banyak. 
2.      Tujuan Makalah
pandangan atau persepsi sebagian guru, keberhasilan siswa lebih banyak dilihat dari nilai yang diraih atas tes, ulangan umum bersama (UUB) terlebih lagi pada Ujian Akhir Nasional (UAN). Nilai itu sering dijadikan barometer keberhasilan pengajaran. Perolehan nilai yang baik sering menjadi obsesi guru karena hal itu dipandang dapat meningkatkan prestise sekolah dan guru. Untuk itu, tidak mengherankan jika dalam KBM masih dijumpai guru memberikan latihan pembahasan soal dalam menghadapi UUB dan UAN. Apalagi dalam UUB dan UAN pada pelajaran bahasa Indonesia selalu berpola pada pilihan ganda. Dimana bagi sebagian besar guru menjadi salah satu orientasi di dalam proses pembelajaran mereka. Akibatnya, materi yang diberikan kepada siswa sekedar membuat mereka dapat menjawab soal-soal tersebut, tetapi tidak punya kemampuan memahami dan mengimplementasikan materi tersebut untuk kepentingan praktis dan kemampuan berbahasa mereka. Pada akhirnya para siswa yang dikejar-kejar oleh target NEM-pun hanya berorientasi untuk lulus dari nilai minimal atau sekadar bisa menjawab soal pilihan ganda saja. Perlu diingat bahwa soal-soal UAN tidak memasukan materi menulis atau mengarang (soal esai).
 Peran guru Bahasa Indonesia juga tak lepas dari sorotan, mengingat guru merupakan tokoh sentral dalam pengajaran. Peranan penting guru juga dikemukakan oleh Harras (1994). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia, dilaporkannya bahwa guru merupakan faktor determinan penyebab rendahnya mutu pendidikan di suatu sekolah. Begitu pula penelitian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Education Achievement menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat penguasaan guru terhadap bahan yang diajarkan dengan pencapaian prestasi para siswanya . Sarwiji (1996) dalam penelitiannya tentang kesiapan guru Bahasa Indonesia, menemukan bahwa kemampuan mereka masih kurang. Kekurangan itu, antara lain, pada pemahaman tujuan pengajaran, kemampuan mengembangkan program pengajaran, dan penyusunan serta penyelenggaraan tes hasil belajar. Guru Bahasa Indonesia juga harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa yang langsung berhubungan dengan aspek pembelajaran menulis, kosakata, berbicara, membaca, dan kebahasaan .Rupanya guru juga harus selalu melakukan refleksi agar tujuan bersama dalam berbahasa Indonesia dapat tercapai. 
Selain itu, siswa dan guru memerlukan bahan bacaan yang mendukung pengembangan minat baca, menulis dan apreasi sastra. Untuk itu, diperlukan buku-buku bacaan dan majalah sastra (Horison) yang berjalin dengan pengayaan bahan pengajaran Bahasa Indonesia. Kurangnya buku-buku pegangan bagi guru, terutama karya-karya sastra mutakhir (terbaru) dan buku acuan yang representatif merupakan kendala tersendiri bagi para guru. Koleksi buku di perpustakaan yang tidak memadai juga merupakan salah satu hambatan bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah perpustakaan sekolah hanya berisi buku paket yang membuat siswa malas mengembangkan minat baca dan wawasan mereka lebih jauh. 
Menyadari peran penting pendidikan bahasa Indonesia, pemerintah seharusnya terus berusaha meningkatkan mutu pendidikan tersebut.Apabila pola pendidikan terus stagnan dengan pola-pola lama, maka hasil dari pembelajaran bahasa Indonesia yang didapatkan oleh siswa juga tidak akan bepengaruh banyak. Sejalan dengan tujuan utama pembelajaran Bahasa Indonesia supaya siswa memiliki kemahiran berbahasa diperlukan sebuah pola alternatif baru yang lebih variatif dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah. Agar proses KBM di kelas yang identik dengan hal-hal yang membosankan dapat berubah menjadi suasana yang lebih semarak dan menjadi lebih hidup. Dengan lebih variatifnya metode dan teknik yang disajikan diharapkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia meningkat dan memperlihatkan antusiasme yang tinggi. Selain itu guru hendaknya melakukan penilaian proses penilaian atas kinerja berbahasa siswa selama KBM berlangsung. Jadi tidak saja berorientasi pada nilai ujian tertulis. Perlu adanya kolaborasi baik antar guru Bahasa Indonesia maupun antara guru Bahasa Indonesia dengan guru bidang studi lainnya. Dengan demikian, tanggung jawab pembinaan kemahiran berbahasa tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru Bahasa Indonesia melainkan juga guru bidang lain. Apabila, sistem pembelajaran Bahasa Indonesia yang setengah-setengah akan terus begini, maka metamorfosis sang ulat hanyalah akan tetap menjadi kepompong. Awet dan tidak berkembang karena pengaruh formalin pola pengajaran yang masih berorientasi pada nilai semata.

BAB I I
PEMBAHASAN

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang strategi pembelajaran Bahasa Indonesia dan efektivitasnya terhadap pencapaian tujuan belajar, kajian pustaka penelitian ini akan difokuskan pada (1) pembelajaran bahasa, (2) strategi pembelajaran Bahasa Indonesia, meliputi metode dan teknik pembelajaran Bahasa Indonesia, dan (3) hasil pembelajaran

1.1 Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi. Gilstrap dan Martin (1975) juga menyatakan bahwa peran pengajar lebih erat kaitannya dengan keberhasilan pebelajar, terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi pembelajaran.
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.
Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999) adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Sementara itu, dalam kurikulum 2004 untuk SMA dan MA, disebutkan bahwa tujuan pemelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia secara umum meliputi (1) siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara, (2) siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi,serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional,dan kematangan sosial, (4) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis), (5) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (6) siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Untuk mencapai tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya. Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat disarikan sebagai berikut. Pebelajar akan belajar bahasa dengan baik bila (1)  diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat, (2) diberi kesempatan berapstisipasi dalam penggunaan bahasa secara komunikatif dalam berbagai macam aktivitas, (3) bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk, keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa, (4) ia disebarkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran, (5) jika menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya, (6) jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka, dan (7) jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri (Aminuddin, 1994).


Rabu, 06 Juli 2011

SEJARAH KOTA SIBOLGA

Mungkin bagi anda orang telah tinggal di propinsi Sumatera Utara sudah tidak asing lagi dengar kata "Sibolga". Tapi anda yang belum tau tentang sejarah kota Sibolga yang merupakan salah satu kota tujuan wisata di Sumatera Utara, berikut saya akan menceritakan sedikit. Berikut ceritanya :

Kota Sibolga adalah salah satu Kota di Provinsi Sumatra Utara. Wilayahnya seluas 3.356,60 ha yang terdiri dari 1.126,9 ha daratan Sumatera, 238,32 ha daratan kepulauan, dan 2.171,6 ha lautan. Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan Kota Sibolga adalah Pulau Poncan Gadang, Pulau Poncan Ketek, Pulau Sarudik dan Pulau Panjang. Secara geografis kawasan ini terletak di antara 1 42' - 1 46' LU dan 98 44' - 98 48 BT dengan batas-batas wilayah: Timur, Selatan, Utara pada Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Barat dengan Teluk Tapian Nauli. Letak kota membujur sepanjang pantai dari Utara ke Selatan menghadap Teluk Tapian Nauli. Sementara sungao-sungai yang dimiliki, yakni Aek Doras, Sihopo-hopo, Aek Muara Baiyon dan Aek Horsik


Sementara wilayah administrasi pemerintahan terdiri dari tiga kecamatan dan 16 kelurahan. Ketiga kecamatan itu yakni Kecamatan Sibolga Utara dengan empat kelurahan, Kecamatan Sibolga Kota dengan empat kelurahan, dan Kecamatan Sibolga Selatan dengan delapan kelurahan.

Berikut sakilas sejarah terbentuknya kota SIBOLGA, yang saya kutip dari berbagai sumber:

Sultan Hutagalung Menurut penulis Sejarah Sibolga, Tengku Luckman Sinar SH—dengan mengutip hasil catatan riset seorang pembesar Belanda, EB Kielstra - disebutkan bahwa sekitar tahun 1700 seorang dari Negeri Silindung bernama Tuanku Dorong Hutagalung mendirikan Kerajaan Negeri Sibogah, yang berpusat di dekat Aek Doras. Dalam catatan EB Kielstra ditulis tentang Raja Sibolga: "Disamping Sungai Batang Tapanuli, masuk wilayah Raja Tapian Nauli berasal dari Toba, terdapat Sungai Batang Sibolga, di mana berdiamlah Raja Sibolga."

Penetapan tahun 1700 itu diperkuat analisis tingkat keturunan yakni bahwa Marga Hutagalung yang telah berdiam di Sibolga sudah mencapai sembilan keturunan. Kalau jarak kelahiran antara seorang ayah dengan anak pertama adalah 33 tahun -angka ini adalah rata-rata usia nikah menurut kebiasaan orang Batak—lalu dikalikan jumlah turunan yang sudah sembilan itu, itu berarti sama dengan 297 tahun. Maka kalau titik tolak perhitungan adalah tahun 1998, yaitu waktu diselenggarakannya Seminar Sehari Penetapan Hari Jadi Sibolga pada 12 Oktober 1998, itu berarti ditemukan angka 1701 tahun.

Tentang nama atau sebutan Sibolga, dicerita-kan bahwa pada awal-nya Ompu Datu Hurinjom yang membuka perkampungan Simaninggir, mempu-nyai postur tubuh tinggi besar, di samping memiliki tenaga dalam yang kuat. Adalah tabu bagi orang Batak menyebut nama seseorang secara langsung apalagi orang tersebut lebih tua dan dihormati, maka untuk menyebut nama kampung yang dibuka Ompu Datu Hurinjom dipakai sebutan "Sibalgai", yang artinya kampung atau huta untuk orang yang tinggi besar.

Asal kata Sibolga dengan pengertian tersebut lebih dapat diterima daripada untuk istilah "Bolga-Bolga", yaitu nama sejenis ikan yang hidup di pantai berawa-rawa; atau istilah "Balga Nai" yang berarti besar untuk menunjukkan ke arah luasnya lautan. Orang Batak biasanya menggunakan kata "bidang" untuk menggambarkan sesuatu yang luas, bukan kata balga yang berarti besar.

Tapi apa pun kisah awal kelahiran nama dan Kerajaan Sibolga, kota di Teluk Tapian Nauli ini telah menjalankan peran sejarah yang sangat berarti. Di masa lalu Sibolga berjaya sebagai pelabuhan dan gudang niaga untuk barang-barang hasil pertanian dan perkebunan seperti karet, cengkeh, kemenyan dan rotan. Inggris bahkan pernah menjadikan Sibolga sebagai pelabuhan gudang niaga lada terbesar di Teluk Tapian Nauli.

Lebih dari itu, berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 7 Desember 1842 tempat kedudukan Residen Tapanuli dipindahkan dari Air Bangis ke Sibolga, dan sejak itulah Sibolga resmi menjadi Ibukota Keresidenan. Meski statusnya sebagai Ibukota Keresidenan sempat dipindahkan ke Padang Sidempuan antara tahun 1885 - 1906, namun predikat itu akhirnya kembali lagi ke Sibolga berdasarkan Staadblad yang dikeluarkan pada 1906 itu.

Dalam perjalanannya, pada 1850, di masa Mohd Syarif menjadi Datuk Poncan, bersama-sama dengan Residen Kompeni Belanda bernama Conprus, mereka pindah dari Pulau Poncan ke Pasar Sibolga. Pada tahun ini pula rawa-rawa besar itu ditimbun untuk menyusunnya menjadi sebuah negeri pula.

Sibolga jolong basusuk
Banda digali urang rantau
Jangan manyasa munak barisuk
Kami sapeto dagang sansai

Maksudnya yakni bahwa pada mulanya Kota Sibolga ini dibangun dengan menggali parit-parit dan bendar-bendar untuk mengeringkan rawa-rawa besar itu, dengan menggerakkan para narapidana (rantai) serta ditambah dengan tenaga-tenaga rodi, ditim-bunlah sebagian rawa-rawa itu dan berdirilah negeri baru Pasar Sibolga.

Di masa Sibolga dibangun menjadi kota, istana raja yang berada di tepi Sungai Ack Doras dan pemukiman di sekelilingnya dipindahkan ke kampung baru, Sibolga Ilir. Di atas komplek tersebut dibangun pendopo Residen dan perkantoran Pemerintah Belanda. Walaupun pada tahun 1871 Belanda menghapuskan sistem pemerintahan raja-raja dan diganti dengan Kepala Kuria, namun Anak Negeri menganggapnya tetap sebagai Raja dan sebagai pemangku adat.

Sementara Datuk Poncan di Sibolga diberi jabatan sebagai Datuk Pasar dan tugasnya memungut pajak anak negeri yang tinggal di Kota Sibolga terhadap warga Cina perantauan, Di dalam melaksanakan tugasnya, Datuk Pasar dibantu oleh Panghulu Batak, Pangulu Malayu, Pangulu Pasisir, Pangulu Nias, Pangulu Mandailing dan Pangulu Derek.

Pada 1916 Datuk Stelsel dihapuskan serta diganti dengan Demang Stelsel, mengepalai satu-satu distrik menurut pembagian yang diadakan, dalam mana Pasar Sibolga masuk Distrik Sibolga, sebagaimana beberapa resort kekuriaan. Untuk memudahkan kontrol berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Keresidenan Tapanuli dibagi menjadi tujuh Afdeling yaitu Afdeling Singkil, Sibolga, Nias, Barus, Natal, Angkola dan Mandailing. Sedangkan Afdeling Sibolga terdiri dari beberapa distrik yakni Distrik Sibolga, Distrik Kolang, Tapian Nauli, Sarudik, Badari, dan Distri Sai Ni Huta.

Pada masa Pemerintahan Militer Jepang, Kota Sibolga dipimpin oleh seorang Sityotyo (baca: Sicoco) di samping jabatannya selaku Bunshutyo (baca: Bunsyoco), tapi dalam kenyataanya adalah Gunyo yang memegang pimpinan kota sebagai kelanjutan dari Kepala Distrik yang masih dijabat oleh bekas demang, ZA Sutan Kumala Pontas.

Pada masa pendudukan Jepang, Mohammad Sahib gelar Sutan Manukkar ditunjuk sebagai Kepala Kuria dengan bawahan Mela, Bonan Dolok, Sibolga Julu, Sibolga Ilir, Huta Tonga-tonga, Huta Barangan dan Sarudi. Beliau inilah yang menjadi Kepala Kuria yang terakhir di Sibolga karena setelah zaman kemerdekaan, sekitar tahun 1945 istilah Kepala Kuria praktis sudah tidak ada lagi.

Mengenai Sejarah Kuno Sibolga


Tidak dapat diketahui secara pasti sejak kapan bumi Teluk Tapian Nauli mulai dihuni orang. Namun berdasarkan sejumlah catatan sejarah, diperkirakan sejak tahun 1500 sudah terjadi hubungan dagang antara para penghuni Teluk Tapian Nauli dengan dunia luar yang paling jauh yakni negeri orang-orang Gujarat dan pendatang dari negeri asing lain seperti Mesir, Siam, Tiongkok. Para golongan terkemuka Tapian Nauli juga sudah dikenal di Mesopotamia, paling tidak melalui sejarah lisan yang dibawa saudagar Arab.

Tercatat pula bahwa pada tahun 1500 itu pelaut Portugis sudah hilir mudik di lautan dalam rangka mencari dan mengumpulkan rempah-rempah untuk dibawa ke Eropa. Uang Portugis yang beredar di kalangan masyarakat yang berdiam di Teluk Tapian Nauli saat itu merupakan salah satu bukti. Ketika itu keberadaan Teluk Tapian Nauli sangat penting. Selain sebagai pangkalan pengambilan garam, dusun ini terkenal juga sebagai pangkalan persinggahan perahu-perahu mancanegara guna mengambil air untuk keperluan pelayaran jauh.

Peranan Teluk Tapian Nauli sebagai pangkalan persinggahan dan pelabuhan dagang semakin dikukuhkan ketika Belanda dan Inggris memasuki wilayah itu di kemudian hari. Kapal Belanda di bawah pimpinan Gerard De Roij datang kepantai Barat Sumatera—Teluk Tapian Nauli—pada 1601. Sedangkan Inggris memasuki wilayah ini pada 1755.

Kehadiran dan gerak langkah Belanda dan Inggris di Teluk Tapian Nauli bisa dilihat dari beberapa kronologi peristiwa berikut ini:

1604 : Perjanjian antara Aceh dengan Belanda, yaitu antara Sultan Iskandar dengan Oliver.

1632 : Kapal Belanda mulai berhadapan dengan Inggris di Pantai Barat Sumatera dalam rangka kepentingan dagang.

1667 : Belanda mendirikan benteng (loji) di Padang.

1668 : Belanda mulai dengan politik adu domba, menghasut Tiku dan Pariaman lepas dari Aceh. Barus pro Pagaruyung diusir dari berbagai tempat.

1669 : Setelah berkuasa di Sumatera Barat, Belanda mulai mengincar pesisir Tapanuli dan mendirikan loji di Barus.

1670 : Karena keserakahan Belanda (VOC) dengan praktek dagangnya yang monopolistis, pemberontakan di Barus terhadap Belanda tidak dapat dielakkan dan terus meningkat. Raja Barus dibantu oleh adiknya Lela Wangsa berhasil mengusir Belanda dan menghancurkan loji Belanda.

1678 : Belanda dapat membalas, namun pada ketika itu perang sengit antara Raja Barus dengan Belanda terus berkobar. Raja Barus melakukan taktik gerilya. Putera raja di Hulu berhasil membuhuh dokter Belanda dan seorang serdadu Belanda. Namun Belanda berhasil menangkap Raja I^ela Wangsa dan membuangnya ke Afrika Selatan.

1733 : Belanda semakin merajalela dengan berhasilnya menangkap Raja Barus. Seterusnya bukan hanya Barus saja yang diserang, tapi Belanda juga menyerang Sorkam. Kolang dan Sibolga.

1734 : Oleh karena Belanda telah melakukan penyerangan terhadap Raja-Raja yang ada di Teluk Tapian Nauli, maka Raja-Raja yang ada di Teluk Tapian Nauli mengkonsolidasikan diri, maka lahun ini terjadilah peperangan secara besar-besaran terhadap Belanda. Serangan datang dari Sibolga, Kolang, Sorkam dan Barus dipelopori anak Yang Dipertuan Agung Pagaruyung.

1735 : Belanda terkejut dan kewalahan menghadapi peperangan ini. Belanda melakukan penelitian, dan ternyata diketahui bahwa semangat patriotisme yang dikobarkan dari Raja Sibolga itulah sumber kekuatan. Belanda ingin melampiaskan rasa penasarannya kepada Raja Sibolga, namun tidak berhasil, Antara 1755-1815 pesisir Pantai Barat Sumatera Utara, Teluk Tapian Nauli, berada di bawah pengaruh Inggris. Pada 1755 Inggris memasuki Tapian Nauli dan membuat benteng di Bukit Pulau Poncan Ketek (Kecil). Mereka mulai menguasai loji-loji Belanda dan markas Aceh yang berada di pesisir Barat Tapanuli.

1758 : Pasukan Inggris mulai mengusir loji-loji Belanda dan juga markas Aceh dari pesisir barat Tapanuli. Silih berganti usir-mengusir antara Inggris dengan Belanda.

1761 : Perancis meninggalkan Poncan. Kemudian Inggris datang bekerjasama dengan penduduk Tapian Nauli dan Sibolga.

1770 : Karena suasana perdagangan mulai tenang, maka Inggris mendatangkan budak dari Afrika dan India untuk mengerjakan urusan dagang dan perkebunan Inggris. Kuria Tapian Nauli dan Raja Sibolga merasa keberatan atas tindak tanduk Inggris ini.

1771 : Stains East Indian Company Inggris di Tapanuli dinaikkan menjadi "Residency Tappanooly".

1775 : Karena dagang Inggris mulai menurun karena tidak mendapat simpati dari Kuria Tapian Nauli dan Raja Sibolga, maka Belanda mengambil kesempatan mengadakan perjanjian dagang dengan Kuria Tapian Nauli dan Raja Sibolga.

1780 : Puncak perselisihan antara Belanda dengan Inggris adalah persoalan monopoli garam. Kesempatan ini dipergunakan oleh Aceh untuk menyerang Inggris di Teluk Tapian Nauli. Aceh untuk sementara dapat menduduki Teluk Tapian Nauli, akan tetapi Inggris meminta bantuan dari Natal dan Inggris kembali menduduki Tapian Nauli (Poncan Ketek).

1786 : Aceh kembali menyerang Inggris di Tapian Nauli. Serangan ini tidak berhasil karena Inggris meminta bantuan ke Natal.

1801 : Jhon Prince ditetapkan menjadi Residen Tapanuli berkedudukan di Poncan Ketek. Sejak saat itu Poncan Ketek mulai ramai didatangi oleh orang Cina, India, dan lain-lain.

1815 : Residen Jhon Prince mengadakan kontrak perjanjian dengan Raja-Raja sekitar Teluk Tapian Nauli, termasuk Raja Sibolga. Perjanjian ini disebut "Perjanjian Poncan" atau "Perjanjian Batigo Badusanak".

1825 : Inggris menyerahkan Poncan kepada Belanda, sebagai realisasi Traktat London 17-3-1824.

1850 : Belanda mulai menata pemukiman di Sibolga dengan menimbun rawa-rawa dan membuat parit-parit.

1851 : Pengukuhan Adat Pusaka di Teluk Tapian Nauli dan sekitarnya oleh Residen Tapanuli